Metode, Alat, dan Evaluasi Pendidikan ( Karya Guru )
Metode, Alat, dan Evaluasi Pendidikan
Metode, alat, dan evaluasi adalah komponen yang selalu beriring saat pembelajaran berlangsung. Ketiganya memiliki kedudukan sangat penting. Semua pendidik begitu akrab dan menguasai hal ini.
Pada sebuah kajian Tafsir Tarbawi, disampaikan bahwa, al- qur’an al-Karim, dalam menyampaikan pesan-pesan Ilahi, menggunakan berbagai metode, alat atau media. Bahkan al qur’an berbicara juga mengenai pentingnya evaluasi.
Memahami hal ini, bersyukur adalah hal yang patut kita lakukan. Betapa kamil dan mutakamilnya agama Islam sangat dirasakan pada semua aspek.
Seberapa pentingkah metoda itu bagi pendidik dan peserta didik dalam mencapai tujuan? Lalu apakah pemberian materi yang tidak urut akan berdampak pada keberhasilan pendidikan? Bagaimana kita menyikapi evaluasi yang negatif?
Ketiga pertanyaan ini muncul saat kajian berlangsung, dan ini jawabannya:
Metode adalah salah satu jalan untuk mencapai tujuan. Sehingga kedudukannya tentu sangat penting. Bagi seorang pendidik yang menguasainya, pasti akan mudah menyampaikan/ mentransfer ilmu pada peserta didik. Bahkan jika materi belum siap, namun metode itu kita kuasai dengan baik, pembelajaran itupun bisa terlasana dengan asyik.
Seorang pendidik yang tidak menguasai metode, akan lebih sulit mengajak anak didik memahami ilmu yang disampaikannya.
Lalu bagaimana dengan pemberian materi yang tidak urut, apakah ini akan mempengaruhi keberhasilan siswa memahami suatu ilmu?
Untuk hal ini, kita lihat dulu mata pelajarannya. Misalnya PAI, kita boleh saja memilih bab yang ada dalam buku panduan. Mana yang lebih urgen, bahkan boleh mengkolaborasi antar bab. Hal ini tidak akan berpengaruh pada hasil.
Namun berbeda untuk matapelajaran matematika. Misalnya di kelas 1, sebelum masuk pada materi oprasional, ada materi konsep. Nah kalau pemberiannya tidak urut, ini akan berat bagi guru juga murid. Otomatis akan berpengaruh pada hasil yang ingin dicapai.
Sekarang mengenai sikap kita ketika menerima evaluasi negatif. Sebagai manusia, sangat wajar jika merasakan gundah atau tidak nyaman menerimanya. Lalu bagaimana kita menyikapinya?
Pertama kita mendengarkan, hindari protes sekalipun di dalam hati. Lalu berdoa meminta kepada Allah untuk dapat menerima, sambil memperbanyak istigfar. Mendengarkan dan menerima adalah langkah mendapatkan ketenangan. Jika kita tenang fikiran kita jernih menyikapi apapun.
Sesungguhnya evaluasi negatif yang kita dapatkan adalah salah satu sarana agar lebih mengenali diri sendiri dan dapat melejitkan potensi yang kita miliki.
Akhirnya, semoga kita ditetapkan menjadi orang-orang yang memiliki kemampuan menggunakan metode, alat/ sarana serta menguasai evaluasi sesuai sekenario Allah SWT.
(Menulis itu sedekah, Komalasari)